Uncategorized

9 Keturuanan dari Raja Firaun Mesir

Kecanggihan luar biasa dari Kerajaan Mesir Kuno terkadang masih tak masuk akal bagi manusia di masa kini. Namun, kisah-kisah Firaun Mesir Kuno membawa kita lebih dekat ke peradaban menakjubkan yang berdiri selama lebih dari 3.000 tahun lalu. Ada sekitar 170 firaun yang pernah berkuasa di Mesir Kuno. Peran mereka bersifat politis dan religius dengan interpretasi yang variatif dari masa ke masa. Akan tetapi, terlepas dari penghormatan spiritual, firaun juga bertanggung jawab atas masalah kepemimpinan yang pernah dilakukannya. Setiap Firaun Mesir memiliki warisan yang unik. Beberapa dari mereka adalah inovator arsitektur atau pemimpin militer, sementara beberapa lainnya adalah diplomat yang brilian. Dari 170 firaun yang dahulu memerintah Mesir Kuno sejak tahun 2600-an Sebelum Masehi (SM), berikut nama sepuluh firaun yang paling terkenal hingga saat ini.

Tutankhamun (Berkuasa 1332–1323 SM)

Tutankhamun menjadi firaun termuda dalam sejarah Mesir Kuno, naik tahta di usia 9 atau 10 tahun. Hal tersebut menjadikan firaun ini menjadi terkenal di antara yang lainnya. Ketenaran Tutankhamun bermula dari penemuan makamnya pada 1922, salah satu penemuan https://tuscanyhomescolorado.com/ arkeologi besar abad ke-20. King Tut, sebutan bagi Tutankhamun, hanya memerintah selama 10 tahun dan meninggal pada usia 20 tahun. Penyebab kematiannya masih menjadi misteri bagi ahli Mesir Kuno.

Ramses II (Berkuasa 1279–1213 SM)

Pemerintahan Ramses II adalah yang terbesar dari Dinasti Ke-19, menjadikannya sangat mencolok. Putra dari Seti I ini kemudian menyatakan dirinya sebagai dewa. Ia mendapatkan reputasi sebagai pejuang yang hebat, menjadi ayah dari 96 anak, dan memerintah selama 67 tahun. Ramses II bukan firaun yang sederhana. Situs-situs warisan yang ia buat sangatlah luas dan banyak. Masa kekuasaan Ramses II yang terlalu panjang hampir membuat Mesir Kuno bangkrut.

Xerxes I (Berkuasa 486–465 SM)

Raja Achaemenid Persia diakui sebagai firaun alias Xerxes I atau Xerxes yang Agung. Xerxes I memerintah pada Dinasti Ke-27 saat Mesir telah menjadi bagian dari Kekaisaran Persia sejak 525 SM. Xerxes I sering digambarkan sebagai seorang tiran atas ketidakpeduliannya terhadap tradisi lokal sehingga tidak disayangi oleh penduduk Mesir. Sosoknya tidaklah baik di mata sejarawan Yunani karena pernah mencoba menginvasi wilayah tersebut.

Cleopatra VII (Berkuasa 51–30 SM)

Penguasa aktif terakhir Kerajaan Ptolemeus Mesir, Cleopatra, memimpin hari-hari terakhir masa kekaisaran di sana. Ketenarannya hidup melalui cerita rakyat, Shakespeare, dan Hollywood hingga sulit rasanya memisahkan Cleopatra yang asli dengan legenda. Para peneliti menggambarkan Cleopatra sebagai wanita yang sangat cantik serta cemerlang dalam memimpin.

Cleopatra adalah seorang penguasa cerdas yang berhasil membawa kemakmuran. Kisah perselingkuhannya dengan Julius Caesar dan Marc Anthony didokumentasikan dengan baik. Namun tanpa pengetahuan lebih lanjut tentang kisah itu, orang-orang menyimpulkan hal tersebut sebagai sesuatu yang tragis. Keputusan Cleopatra untuk bunuh diri pada 30 SM pun mengakhiri kerajaan Mesir.

Akhenaten (Berkuasa 1351–1334 SM)

Akhenaten bernama asli Amenhotep IV saat lahir. Ia kemudian mengganti nama sesuai dengan kepercayaan monoteismenya yang radikal. Arti nama tersebut adalah “Dia yang melayani Aten” yang merupakan sebuah penghormatan kepada Aten Sang Dewa Matahari.

Keyakinan agama Akhenaten membuat dirinya memindahkan Ibu Kota Mesir dari Thebes ke Amarna. Ibu Kota baru itu kemudian dinamakan Akhetaten, “Horizon of Aten”. Amarna bukanlah tempat yang diakui sebelum masa pemerintahan Akhenaten. Firaun itu memilih situs tersebut karena tidak berpenghuni dan bukan hak milik orang lain.

Istri Akhenaten, Nefertiti, juga memiliki peran yang dominan selama masa pemerintahan. Nefertiti memainkan peran penting dalam revolusi agama. Ia pun menjadi semakin terkenal sebab patung batu kapurnya. Patung itu merupakan salah satu karya seni Mesir Kuno yang ada di Museum Neues dan paling banyak dibuat ulang. Setelah kematian Akhenaten, Mesir dengan cepat kembali ke keyakinan politeisme dan dewa-dewa tradisional yang telah ditolak sebelumnya.

Khufu (Berkuasa 2589–2566 SM)

Firaun Dinasti Keempat, Khufu, meninggalkan warisan Piramida Agung Giza yang menjadi salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia. Struktur monumental Piramida Agung Giza adalah bukti kecanggihan arsitektur Mesir yang membingungkan. Luar biasanya, bangunan itu menjadi struktur tertinggi buatan manusia selama 4.000 tahun. Piramida tersebut dipercaya oleh Khufu sebagai tanggan menuju surga. Sarana konstruksi bangunan luar biasa itu masih menjadi misteri sampai hari ini.

Hatshepsut (Berkuasa 1478–1458 SM)

Hatshepsut merupakan wanita kedua yang menjadi seorang firaun. Ia adalah istri dari Thutmose II dan memerintah pada dinasti ke-18. Putra tirinya, Thutmose III, baru berusia dua tahun ketika ayahnya meninggal pada 1479. Hal itu membuat Hatshepsut segera mengambil peran sebagai firaun. Secara teknis, Thutmose III juga berperan sebagai wakil pempimpin saat itu.

Hatshepsut memperkuat kekuasaannya sebagai firaun dengan mengklaim bahwa ibunya dikunjungi oleh Dewa Amon-Ra saat mengandungnya. Hal itu Hatshepsut sebut sebagai tanda keilahian. Selama menjadi firaun, ia terbukti menjadi penguasa ulung, mengembalikan rute perdagangan penting, hingga mengawasi periode perdamaian.

Thutmose III (Berkuasa 1458–1425 SM)

Thutmose III mendedikasikan dirinya untuk pelatihan militer ketika ibu tirinya menjadi firaun. Ia pun mengambil alih peran firaun ketika Hatshepsut meninggal pada 1458 SM. Pelatihan militer firaun yang telah Thutmose III jalani terbayar dengan reputasinya sebagai seorang jenius militer. Ahli Mesir Kuno terkadang menyebut Thutmose III sebagai Napoleon dari Mesir. Thutmose III tidak pernah kalah dalam pertempuran. Eksploitasi militernya mendapat rasa hormat dan status firaun terhebat dari rakyatnya.

Amenhotep III (Berkuasa 1388–1351 SM)

Selama 38 tahun pemerintahan Amenhotep III, firaun tersebut memimpin sebagian besar Mesir dengan damai dan makmur. Pencapaian Amenhotep III lebih bersifat budaya dan diplomatik daripada militer. Beberapa Firaun Mesir Kuno berikutnya dapat menandingi warisan arsitektural dan artistiknya.

دیدگاهتان را بنویسید

نشانی ایمیل شما منتشر نخواهد شد. بخش‌های موردنیاز علامت‌گذاری شده‌اند *